Menyadari minimnya minat masyarakat bersedia menjadi Pranatacara, mendorong Kelurahan Noborejo mencoba menginisiasi mengadakan pelatihan Pranatacara, Selasa (25/7).
- Syawalan Solo Meriah Dengan Kirab Joko Tingkir Dan Gunungan Ketupat
- 500 Calon Samanera Digunduli, Awali Pabbajja Samanera Sementara MBMI
- Puasa Tak Jadi Hambatan, Warga Batang Ngabuburit Sambil Berlatih Untuk Lomba Dayung Tradisional
Baca Juga
Dipusatkan di Aula Kelurahan Noborejo, Salatiga, kegiatan tersebut sekaligus sebagai upaya 'nguri-uri' (melestarikan) budaya Jawa.
Kegiatan berlangsung hingga tanggal 27 Juli 2023 itu, menggandeng Permadani Kota Salatiga. Dan di hari pertama pelatihan, tercatat sebanyak 40 orang mengikuti pelatihan Pranatacara.
Ketua Permadani (Persaudaraan Masyarakat Budaya Nasional Indonesia) Soeparno Prawiroatmojo memaparkan bahwa ada istilah saat ini masyarakat seakan tercerabut dari akar budaya.
Namun dengan acara pelatihan ini iya yakin dapat membangkitkan ketertarikan masyarakat akan budaya.
"Saya melihat antusias peserta pelatihan yang tetap duduk serta menyimak materi dari awal hingga akhir, sangat luar biasa," terang Soeparno.
Pihaknya sangat berterima kasih kepada Lurah Noborejo beserta staf yang telah melaksanakan pelatihan ini, semoga bisa menjadi pematik semangat masyarakat dalam mencintai budayanya.
Camat Argomulyo Agus Wibowo, mengatakan kegiatan ini mengakomodir permasalahan yang ada di wilayahnya.
"Dimana sedikit masyarakat yang mau menjadi pembawa acara dengan bahasa Jawa, baik di acara pernikahan maupun acara pemakaman," ungkap Agus Wibowo.
Selain itu, pelatihan Pranatacara ini sekaligus memenuhi aspirasi masyarakat Noborejo.
“Sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas masyarakat Kelurahan Noborejo kami mengadakan pelatihan pranotocoro. Kegiatan ini digagas karena untuk memenuhi kebutuhan pembawa acara dengan menggunakan bahasa Jawa," terangnya.
Sehingga, lanjut dia, kegiatan pelatihan Pranatacara ini dapat mengakomodir permasalahan tersebut.
Sementara, Widhi Cahyo Prasetyo, Lurah Noborejo menjelaskan Pelatihan Pranotocoro ini berasal dari implementasi dana kelurahan.
"Walaupun dilaksanakan hanya tiga hari diharapkan masyarakat mengetahui pakem dari bertutur kata bahasa Jawa dalam membawakan sebuah acara," ujar Widhi.
Ia pun berharap, pelatihan Pranatacara ini memberi manfaat bagi masyarakat.
“Paling tidak masyarakat mengetahui dasar-dasar membawakan acara," imbuhnya.
Sejumlah peserta mengaku mengalami kesulitan ketika mencoba pertama kali. Dan tak menyadari, Pranatacara cukup sulit dan tidak segampang ketika hanya mendengarkan saja.
Seperti diungkapkan Tutik Yuliati dari Noborejo, RW IV Purwasari, Salatiga. Setelah mencoba, Pranatacara banyak pakem yang harus diperhatikan.
"Jika banyak generasi-generasi anak muda sekarang lupa dengan bahasa Jawa karena kesehariansudah memakai bahasa Indonesia, sehingga pelatihan Pranatacara ini sangat diperlukan. Apalagi, hanya momen tertentu saja kita melihat penggunaan bahasa Jawa karena memang harus memperhatikan pakem-pakemnya," pungkas Tutik.
Hal sanada disampaikan Sri Lestari warga Noborejo kelahiran jawa yang besar di Sumatra. Wanita ini membagikan pengalaman pertama kali berlatih Pranatacara.
"Walapun susah saya sangat tertarik dan ingin belajar, dimana tanah dipijak di situ langit dijunjung," ucap Sri Lestari.
- Wiwitan, Wujud Syukur Awali Musim Panen
- Berbagi Ramadan PWI Jaya, Paket Sembako Dan Santunan Untuk Dhuafa Dan Warakawuri
- Situs Dudukan, Bukti Keberadaan Hinduisme di Demak