Terkenal dengan desa penyumbang tenaga migran terbanyak di Kabupaten Batang, para eks migran membangun toko Bahasa. Sebuah toko dengan transaksi jual beli menggunakan lima bahasa.
- Atasi Dampak Kenaikan BBM, Jateng Kucurkan Rp60 Miliar Bantu Petani, Nelayan, Sopir Angkot, dan Ojol
- IWAPI Salatiga Yakin Mampu Menjawab Tantangan di Era Industri 4.0
- Kasus eFishery Pengaruhi Citra Negatif Startup Indonesia
Baca Juga
"Lima bahasa yaitu bahasa Inggris, Arab, Mandarin, Melayu dan tentunya bahasa Jawa Inggil," kata Kepala Desa Kedungmalang, Mulyono, Rabu (15/12).
Ia mengatakan toko itu menjual berbagai produk UMKM lokal. Misalnya Wafer Crispy, Pisang Kress, Thelo Crispy, hingga berbagai kerajinan tangan.
Mulyono menjelaskan pembentukan kelompok UMKM agar upaya Pemerintah Desa agar para ex-migran tidak kembali menjadi tenaga migran. Toko bahasa adalah kreatifitas para warga eks migran yang menguasai beberapa bahasa.
"Dari total 700 KK di Desa Kami, sekitar 300 adalah tenaga migran, minimal pernah menjadi tenaga mrigan. Sekarang yang aktif 25 orang,"jelasnya.
Tradisi migran di Desa Kedungmalang sudah berlangsung sejak tahun 70-an. Tujuan meliputi Jepang, Taiwan, Arab, Malaysia, dan sebagainya.
"Anak-anak muda tujuannya ke Jepang untuk bekerja di sektor industri, kalau yang ibu-ibu ke Taiwan untuk sektor rumah tangga," jelasnya.
Ketua TP PKK Kabupaten Batang, Uni Kuslantasi Wihaji mengapresiasi inisatif UMKM itu. Tidak sekadar jual beli lima bahasa, tapi para ex-migran juga memberikan edukasi bahasa kepada anak-anak.
Menurutnya potensi bahasa warga ex-migran desa sangat besar untuk memajukan Kabupaten Batang. Salah satunya bisa dikembangkan untuk menjadi kampung bahasa.
"Ini potensi pemberdayaan perempuan. Saya sampaikan untuk bikin goal yang besar, contohnya jadi Kampung Bahasa," ungkapnya.
- DPRD Kota Semarang Harap Pelaku UMKM Manfaatkan Kemudahan Fasilitas Pemkot
- Kadin Dorong Dunia Usaha Wujudkan Ekonomi Rendah Karbon
- Digitalisasi Sistem, Bappera Sediakan VA untuk Transaksi Lewat E-wallet