Wayang Pralon, Kreasi Seni Unik Dari Balik Jeruji Rutan Banjarnegara

Seniman Warga Binaan Saat Sedang Menyelesaikan Karyanya, Jumat (02/05). Gatot HC/RMOLJawaTengah
Seniman Warga Binaan Saat Sedang Menyelesaikan Karyanya, Jumat (02/05). Gatot HC/RMOLJawaTengah

Banjarnegara - Di balik tembok tinggi dan jeruji besi Rumah Tahanan (Rutan) Kelas IIB Banjarnegara, terdengar bunyi alat potong dan ketukan halus dari sebuah ruangan pembinaan. Bukan suara yang biasa diasosiasikan dengan tempat tahanan. Di dalamnya, sejumlah warga binaan tengah sibuk menciptakan karya seni yang tak lazim yaitu wayang pralon atau wayang dari bahan paralon bekas.


Umumnya, wayang dibuat dengan media kulit hewan atau papan maupun kayu. Wayang pralon dibuat atau diukir diatas paralon warna putih yang sudah dipres agar pipih.

Plh Kepala Rutan Banjarnegara yang juga Kasubsi Pelayanan Tahanan, M Azan Subehi mengatakan ide pembuatan wayang dengan menggunakan media paralon berawal adanya warga binaan yang mempunyai keahlian seni menggambar dan mengukir.

"Rutan kemudian memfasilitasi kreativitas tersebut dengan menggunakan bahan sisa atau paralon bekas warna putih," katanya, Jumat (02/05).

Menurut M Azan, warga binaan tersebut menjadi pelopor pembuatan wayang paralon di rutan ini. Bersama dua temannya, tangan terampil itu mulai memotong pipa paralon bekas, memanaskan serta mengukirnya dengan alat sederhana, lalu mengecatnya menjadi tokoh-tokoh pewayangan seperti Gatotkaca, Arjuna, hingga para punakawan.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program pembinaan kemandirian yang digagas oleh pihak Rutan yang bertujuan bukan sekadar mengisi waktu, tapi juga memberi keterampilan dan semangat baru bagi para warga binaan.

"Kami ingin mereka keluar nanti punya bekal, bukan hanya keterampilan teknis, tapi juga rasa percaya diri. Wayang paralon ini juga bentuk seni yang tidak biasa. Kreativitas mereka luar biasa," katanya.

Proses pembuatan wayang ini memerlukan ketelitian dan kesabaran tinggi. Paralon yang keras harus dipanaskan dulu agar mudah dibentuk. Setelah itu, dipahat, diampelas, lalu diberi warna sesuai karakter. Satu tokoh bisa memakan waktu hingga seminggu pengerjaan.

Yang menarik, hasil karya warga binaan ini kini mulai dilirik oleh kolektor seni dan komunitas budaya. Rencananya, bulan Agustus mendatang akan digelear pameran kecil. Bahkan, ada rencana untuk memasarkan secara daring.

"Mereka merasa bangga. Dulu mereka mungkin hanya bisa membuat masalah. Sekarang saya bisa membuat karya," kata M Azan.

Wayang-wayang paralon itu kini tak hanya menjadi simbol kreativitas, tapi juga harapan. Harapan bahwa setiap orang, di mana pun ia berada, selalu punya kesempatan kedua untuk berkarya dan memberi makna. "Mencipta karya seni butuh ketelitian, fokus dan kesabaran. Semoga dengan membuat karya tersebut dapat merubah pola hidup mereka dikemudian hari. Kami juga siap menerima pesanan wayang paralon sesuai permintaan," katanya.

Wayang Paralon Hasil Karya Seniman Warga Binaan Rutan Banjarnegara, Jumat (02/05). Gatot HC/RMOLJawaTengah