Yasip Khasani Ingin Perayaan Waisak di Salatiga Seperti di Borobudur

Pj Wali Kota Salatiga Yasip Khasani saat menerima audiesi dengan Tokoh Agama Buddha bersama Bhikkhu Sangha, pengurus Vihara Maggadhamma dan perwakilan pemuda-pemudi Buddha di Ruang Kerja Wali Kota, Minggu (21/4). Erna Yunus B/RMOLJateng
Pj Wali Kota Salatiga Yasip Khasani saat menerima audiesi dengan Tokoh Agama Buddha bersama Bhikkhu Sangha, pengurus Vihara Maggadhamma dan perwakilan pemuda-pemudi Buddha di Ruang Kerja Wali Kota, Minggu (21/4). Erna Yunus B/RMOLJateng

Pj Wali Kota Salatiga Yasip Khasani mengimpikan perayaan Gema Waisak diwarnai melepas lampion seperti di Borobudur.


"Saya kadang membayangkan perayaan Waisak seperti di Borobudur dengan melepas lampion," kata Yasip Khasani usai menerima audiesi dengan Tokoh Agama Buddha bersama Bhikkhu Sangha, pengurus Vihara Maggadhamma dan perwakilan pemuda-pemudi Buddha di Ruang Kerja Wali Kota, Minggu (21/4).

Menurutnya, Gema Waisak bagus untuk dilaksanakan di Kota Salatiga dalam mendukung Kota Salatiga sebagai kota toleran. Oleh karena itu, atas nama Pemerintah Kota Salatiga, Yasip menyatakan siap untuk memfasilitasinya.

"Kalau di Salatiga, itu apa ya yang bisa menunjukkan ke publik bahwa umat Buddha di Salatiga juga punya tradisi perayaan Waisak yang layak juga untuk disaksikan oleh masyarakat umum, tidak hanya untuk internal saja sehingga bisa menjadi event tahunan. Monggo umat Buddha berkreasi supaya kita juga punya ikon juga untuk perayaan Waisak," ungkap Yasip.

Dalam kesempatan itu, Pj Wali Kota Salatiga juga menyampaikan rencana kegiatan Pindapata dalam rangka Gema Waisak yang akan berlangsung 2 Juni mendatang di Lapangan Pancasila Salatiga.

Sementara, Romo Pandita Widya Putu Haryono selaku Tokoh Agama Buddha di Kota Salatiga menyampaikan bahwa, perayaan Gema Waisak atau Perayaan Waisak di Kota Salatiga tahun ini mengambil tema Menjalin Kerukunan untuk Kebersamaan.

Pada Gema Waisak tersebut akan dilakukan Pindapata, tradisi umat Buddha berbakti pada Bhikkhu Sangha dengan memberikan makanan (makanan kering).

Hasil dari pengumpulan makanan tersebut selanjutnya akan disalurkan untuk kegiatan bakti sosial. Makanan kering ini tidak bisa diganti dengan uang, karena Bhikkhu tidak boleh membawa uang.

"Pada acara Pindapata ini nanti ada 20 Bhikkhu yang berkeliling membawa mangkok berjalan dari umat satu ke umat lain, sekitar 1.500 umat. Selain Pindapata, pada hari tersebut juga akan dilaksanakan kegiatan sosial donor darah serta pentas seni Dharma Santi," terang Putu.