DPRD Jateng Prihatin Harga Garam Di Tingkat Petani Cuma Separuh Harga Normal

Rendahnya harga garam di tingkat petani membuat prihatin wakil ketua komisi B DPRD Jawa Tengah, Yudhi Sancoyo.


Ia menyebut, harga jual garam rakyat hanya di angka Rp 300-Rp 350 per kilogramnya.

"Padahal harga untuk balik modal sekitar Rp 700 per kilogram. Kan jauh banget," kata politisi partai Golongan Karya itu pada RMOLJateng, Rabu (31/7/2019).

Yudhi berujar harga yang rendah saat panen itu membuat para petani garam merugi.

Pihaknya mengetahui hal itu saat mengunjungi langsung sentra petani garam di Rembang dan Pati pada lusa lalu.

"Yang lebih parah, para petani garam harus mengirim dan menjual hasil mereka ke Surabaya. Mereka masih terbebani ongkos transport dan tenaga," jelasnya.

Ia berharap, pemerintah pusat bisa segera bertindak agar nasib petani garam diperhatikan.

Pria berkumis itu berharap rendahnya gula bukan dampak langsung impor garam yang dilakukan pemerintah.

Kepala Seksi Pengendalian dan Informasi Data, Bidang Perdagangan Dalam Negeri, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jateng, Hery Sucahyo membenarkan hal itu.

"Ada tudingan di lapangan selain karena melimpah karena panen, juga ada rembesan dari impor. Tapi belum terbukti," jelasnya.

Pihaknya lebih menyoroti rendahnya daya tawar petani garam di Jateng di hadapak para tengkulak.

Para petani garam di Jateng tidak punya kekuatan untuk memutuskan harga.

"Saya kira butuh paguyuban yang kompak dan bisa menentukan harga. Selama ini, mau tidak mau harus manut (harga tengkulak)," ujarnya.

Di sisi lain, perlu adanya tempat penyimpanan garam bagi para petani.

Sehingga ketika harga rendah karena supply berlebih, para petani bisa menyimpan dulu stok mereka.