Mengembalikan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) ke jalan yang benar perlu dukungan penuh semua pihak.
- Kemenkumham Jateng Tindak Lanjuti Dugaan Pelanggaran Etik Notaris
- Anggota Komisi III DPR RI Eva Yuliana : Di Surakarta Tidak Ada Lahan Ideal sebagai Relokasi Rutan
- Gandeng Unissula, Kemenkum HAM Jateng Tingkatkan Kompetensi Pegawainya
Baca Juga
Upaya itu dilakukan Lapas Perempuan Kelas IIA Semarang dengan menggandeng PT Amura Pratama yakni pembinaan kemandirian berupa bimbingan kerja industri garmen.
"WBP ini butuh bekal saat bebas nanti. Ini upaya positif yang kita lakukan dengan mendorong pembinaan kemandirian WBP di Lapas," kata Kepala Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah, A Yuspahruddin saat meninjau kegiatan pelatihan WBP di Lapas Perempuan Kelas IIA Semarang, Sabtu (26/2).
Ia mengungkapkan, pembinaan kemandirian bagi WBP terus digalakkan Kantor Wilayah Kemenkumham Jawa Tengah.
Langkah tersebut butuh andil dan perhatian besar masyarakat luar untuk memberikan support kepada WB.
"Sehingga ketika kembali ke masyarakat, mereka dapat berperan aktif dalam pembangunan, tidak mengulangi tindak pidana dan dapat hidup secara wajar sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab," ujarnya.
Pembinaan kemandirian yang menggandeng PT Amura Pratama juga dilakukan di Rutan Kelas I Surakarta yang membuatnya sebagai salah satu rutan di Indonesia yang menjadi lokasi pabrik garmen sejak Agustus tahun lalu.
Menurut Ka-Kanwil, tujuan dari pembangunan pabrik garmen itu adalah mengajak masyarakat untuk berperan aktif dalam pembinaan WBP.
Sementara itu, Pembinaan kemandirian Lapas Kelas IIA Perempuan Semarang kini berkembang dengan pesat. Bahkan hasil karya para warga binaan pemasyarakatan (WBP) melalui Bimbingan Kerja (Bimker) telah dilirik pihak ketiga.
"Sebanyak 30 orang WBP dikrekrut menjadi karyawan garment dan dilatih untuk siap bekerja memenuhi target pasar," ujar Kepala Lapas, Kristiana H.
Saat ini, aku dia, LPP Semarang bekerja sama dengan Amura Pratama dari Yayasan Afa Bina Warga Indonesia.
Sebagai pihak ketiga, perusahaan ini mempercayakan produksi garmennya di Lapas Perempuan Semarang. Tak main-main, para WBP diberi garapan ribuan pesanan baju, seragam sekolah sebanyak 2.281 dan jaket sebanyak 3.170 buah.
"Sebelumnya, para WBP sama sekali tidak memiliki keterampilan menjahit. Namun dengan adanya pelatihan dan orderan yang melimpah, mereka dapat menguasai mesin jahit hanya dalam waktu sebulan," pungkasnya.
Dari pantauan, tak perlu waktu lama, para WBP tengah menggarap ribuan pesanan baju. Suasana di ruangan Bimker Lapas Perempuan Semarang seakan seperti di dalam pabrik industri garmen. Puluhan mesin jahit berjejer rapi lengkap dengan benang, kain, dan piranti lainnya.
Tumpukan kain menjadi pertanda banyaknya pesanan. Bahkan tampak karung-karung yang sudah tersusun rapi pakaian jadi hasil garapan para WBP.
Bak karyawan pabrik, mereka fokus dan terampil mengoperasikan mesin jahit.
Ada yang menjahit resleting, memotong kain, memasang jarum, menyetrika pesanan jadi, dan melubangi kancing.
- Bahas Relokasi Lapas Kelas IIA Ambarawa, Kakanwil Temui Pangdam
- Yuspahruddin Ingatkan Jajarannya Selalu Menebar Kebaikan
- Kakanwil Kemenkumham Jateng Lantik PPNS Secara Virtual