Program studi (Prodi) Pertanian Fakultas Peternakan dan Pertanian (FPP) Universitas Diponegoro (UNDIP) mulai membekali mahasiswanya dengan pengetahuan mengenai digital farming yang menggunakan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) dalam melakukan kegiatannya.
- Menghitung Biaya Balik Nama dan Cara Klaim Asuransi Mobil Baru dan Bekas
- Surplus Tiap Tahun, Blora Sudah Swasembada Beras
- Teknologi Tekstil Terbaru Dukung Inovasi Industri Tekstil Berkelanjutan Indonesia
Baca Juga
Program studi (Prodi) Pertanian Fakultas Peternakan dan Pertanian (FPP) Universitas Diponegoro (UNDIP) mulai membekali mahasiswanya dengan pengetahuan mengenai digital farming yang menggunakan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) dalam melakukan kegiatannya.
Langkah tersebut juga didukung program pengiriman tenaga pengajar dan mahasiswa ke kampus-kampus di negara yang pertaniannya maju seperti Jepang, China dan Korea Selatan.
Ketua Departemen Pertanian FPP Undip, Dr Ir Didik Wisnu Widjajanto MSc, mengatakan, selain mengirim ke beberapa negara yang maju dalam pertaniannya, juga dilakukan kuliah umum oleh para praktisi pertanian modern yang sudah berhasil, untuk mendekatkan pemahaman para mahasiswa ke dunia kerja.
Menurut Didik, pengetahuan tentang pertanian digital akan menjadi dasar bagi berbagai konsepsi penyediaan pangan hayati di masa depan. Dia meyakini berbagai konsep seperti smart farming, urban farming maupun precision farming semuanya berkait dengan ketrampilan digital.
Karena belum ada mata kuliah yang spesifik, transfer pengetahuannya melalui kegiatan seminar, kuliah umum, pemagangan maupun belajar di kampus-kampus luar,†kata Didik Wisnu, Rabu (10/3).
Menurut Didik, beberapa dosen juga sudah memasukan pemahaman tersebut melalui mata kuliah yang diampunya. Karena memasukan mata kuliah baru tidak semudah yang dibayangkan, meski secara riil ada kebutuhan. Kalau menjadi mata kuliah agak rumit karena harus ada peninjauan kurikulum, sementara kurikulum sering berubah,†ungkapnya.
Prinsip yang dipegang sementara ini adalah mahasiswa tahu gambaran kondisi yang harus dihadapi di masa mendatang. Karena itu mendekatkan dengan industri, dan belajar di mapus yang memiliki pertanian modern menjadi pilihan. Yang penting, kata Didik, setelah lulus mereka tidak kaget melihat kenyataan yang dihadapinya.
Mengenai benchmark untuk program digital farming ke kampus-kampus di Asia Timur, menurut Didik, selain karena ketersediaan jaringan kerja sama, juga karena pertimbangan iklim dan budaya pangannya lebih dekat. Masih sama-sama mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok, sementara sayur dan buah-buahannya juga banyak yang sama. Meski negara Eropa memiliki pertanian yang lebih maju, tapi faktor iklim yang sangat berbeda menjadi salah satu kendala penerapannya dalam praktek.
Didik Wisnu menegaskan, secara umum digital farming terbagi menjadi dua kegiatan pokok yaitu on farm yang terkait dengan budidaya mulai dari penyiapan, penanaman, pengelolaan dan panen; serta off farm yang meliputi kegiatan non-budidaya atau hasil pasca panennya termasuk pengemasan, distribusi dan pemasarannya. Dalam konteks sekarang, off farm sudah terlebih dulu memakai sarana digital, sehingga digitalisasi on farm adalah sebuah keniscayaan.
Departemen Pertanian FPP Undip saat ini mengelola 3 program studi sarjana dan satu program magister. Prodi sarjananya meliputi Prodi Teknologi Pangan, Prodi Agribisnis dan Prodi Agroteknologi. Untuk jenjang S2 ada Magister Agribisnis. Adapun fokus kajiannya adalah pertanian tropis. [sth]
- Target 1000 Pelaku UMKM Solo Ikut Kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan
- Investor Wajib Laporkan Peningkatan Investasi pada Pemkot Semarang
- Sorgum: Alternatif Pangan Menguntungkan di Tengah Tantangan Pertanian Padi Demak