Menara Gantungan Jembatan Juwero Kendal Nyaris Roboh

Sebuah gantungan atau konfigurasi jembatan gantung Juwero di Desa Triharjo Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal nyaris roboh, Kamis (13/10).


Kondisi menara jembatan sangat mengkhawatirkan karena pondasi penahan kerangka konfigurasi jembatan ambrol setelah tergerus aliran sungai Bodri akibat hujan deras Rabu(13/10).

Kepala Desa Triharjo, Rilo Akrori mengatakan, pihak desa mendapatkan informasi dari masyarakat pagi tadi dan kemudian dilakukan pengecekan di lokasi jembatan Juwero. .

"Kalau gantungannya itu sisa bangunan peninggalan Belanda yang dibangun sekitar tahun 1921. Dulunya jembatan Juwero ini kan jalur rel kereta lori menuju hutan dan pertanian yang digunakan pihak Belanda untuk mengangkut hasil hutan Jadi ini sisa bangunannya," terangnya.

Jembatan sepanjang 50 meter yang merupakan akses utama bagi warga menuju area hutan dan lahan pertanian tentunya sangat menakutkan untuk dilalui warga sekitar.

Menurut salah seorang warga Desa Tanjung, Tarno mengatakan baru tahu kalau gantungannya roboh saat mau berangkat menuju hutan. Robohnya gantungan jembatan Juwero membuat warga melintas menjadi was-was dan ketakutan.

“Saya  baru tahunya pagi waktu melintas jembatan ini. Kalau melintas disini jadi was-was dan takut juga karena takut kalau benar-benar roboh menimpa kami yang lewat,” katanya.

Tarno menambahkan, jembatan didaerah Juwero ada dua namun yang satunya berada didusun lain dan jauh lokasinya.

Sementara itu, Sekda Kendal, Sugiono mengatakan, telah mengirimkan tim survei DPUPR Kendal untuk melihat kondisi pondasi jembatan maupun kondisi pondasi penyangga gantungan jembatan.

Sugiono menjelaskan jembatan Juwero merupakan jalur rel kereta lori yang sudah direnovasi menjadi jembatan yang secara aset adalah kewenangan dari pihak Perhutani.

"Gantungan itu sudah tidak berfungsi hanya sebagai konfigurasi atau variasi saja yang merupakan peninggalan Belanda," pungkasnya.