Turki Belum Ambil Keputusan Terkait Penutupan Laut Hitam

Turki belum membuat keputusan untuk menutup Selat Dardanelles dan Bosphorus di Laut Hitam bagi kapal-kapal perang Rusia karena adanya perjanjian internasional.


Ukraina sendiri telah meminta Turki untuk memblokir akses bagi kapal perang Rusia seiring dengan peluncuran serangan besar-besaran Moskow dari darat, udara, dan laut, dikutip dari Kantor Berita Politik RMOL.

Sejumlah pasukan Rusia juga mendarat di pelabuhan Laut Hitam dan Azov Ukraina sebagai bagian dari invasi.

Namun Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan pihaknya tidak bisa menghentikan akses bagi Rusia karena Moskow memiliki

hak untuk mengembalikan kapal ke pangkalan mereka.

Berbicara di Kazakhstan pada Kamis lalu (24/2), Cavusoglu mengatakan, jika Turki memutuskan untuk menutup akses bagi kapal perang Rusia, maka Ankara akan dicegah untuk melakukan perjalanan ke arah lain.

“Jika negara-negara yang terlibat dalam perang mengajukan permintaan untuk mengembalikan kapal mereka ke pangkalan mereka, itu harus diizinkan,” kata Cavosuglu, seperti dikutip Al Jazeera.

Turki memiliki kendali atas selat di bawah Konvensi Montreux 1936, dan dapat membatasi perjalanan kapal perang selama masa perang atau jika terancam.

Cavusoglu menambahkan bahwa para ahli hukum Turki masih mencoba untuk menentukan apakah konflik di Ukraina dapat didefinisikan sebagai perang, yang akan memungkinkan mandat konvensi untuk dijalankan.

Sementara itu, pada Sabtu (26/2), Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky membuat cuitan yang menyebut Turki telah menutup akses Laut Hitam untuk kapal perang Rusia.

Namun informasi tersebut dibantah oleh Ankara, dengan mengatakan Presiden Turki Recep Tayyip Ersogan tidak berjanji untuk menutup selat kepada Zelensky.

"Presiden Erdogan tidak berjanji untuk menutup selat itu. Turki belum membuat keputusan untuk menutup selat bagi kapal-kapal Rusia," pungkasnya.