Ukraina Akui Sudah Kehilangan 50 Persen Alat Tempur

Kerugian senjata yang cukup besar dialami pasukan Ukraina sejak dimulainya agresi militer Rusia. Komandan logistik Volodymyr Karpenko mengatakan jumlahnya telah mencapai hingga setengah dari persediaan mereka.


Dalam sebuah wawancara dengan Majalah Pertahanan Nasional, Karpenko mengatakan bahwa sebagai akibat dari pertempuran aktif, kerugian peralatan mencapai 30-40 persen bahkan hingga 50 persen.

 "Jadi, kami telah kehilangan sekitar 50 persen. Sekitar 1.300 kendaraan tempur infanteri telah hilang, 400 tank, 700 sistem artileri," kata Karpenko, seperti dikutip dari RT, Sabtu (18/6).

Sementara itu wakil Menteri Pertahanan Ukraina Denys Sharapov dalam wawancara yang sama mengungkapkan bahwa pasokan Barat tidak memenuhi kebutuhan Ukraina.

“Kami telah menerima sejumlah besar sistem senjata, tetapi sayangnya dengan sumber daya yang dapat dihabiskan secara besar-besaran, itu hanya mencakup 10 hingga 15 persen dari kebutuhan kami," kata Sharapov.

Dia tidak mengungkapkan jumlah pasti senjata berat yang dibutuhkan Kiev tetapi menekankan bahwa kebutuhan akan sistem artileri berat diukur dengan ratusan.

“Kami membutuhkan artileri, kami membutuhkan peluru artileri, kendaraan tempur infanteri, kendaraan tempur, tank. Kami sangat membutuhkan sistem pertahanan udara dan sistem roket multi-peluncuran," katanya.

"Pasokan sistem senjata presisi tinggi juga akan menjadi penting, karena militer Ukraina percaya bahwa sistem seperti itu akan memberikan keunggulan atas musuh, keunggulan dalam perang ini," lanjutnya.

Karpenko menjelaskan sedikit lebih spesifik dan memberikan perkiraan kebutuhan Ukraina.

“Pikirkan ini: satu brigade menempati sekitar 40 kilometer dari garis pagar. Artinya, untuk menutupi konflik tempur aktif kita membutuhkan 40 brigade. Setiap brigade adalah 100 kendaraan tempur infanteri, 30 tank, 54 sistem artileri – hanya untuk satu brigade, dan kami memiliki 40 di antaranya," jelasnya.

Sementara itu, Rusia terus-menerus memperingatkan Barat agar tidak "memompa" Ukraina dengan senjata, mengklaim bahwa itu akan mengakibatkan perpanjangan konflik dan berbagai masalah jangka panjang. 

Moskow juga menjelaskan bahwa pasukannya akan mempertimbangkan setiap senjata asing di Ukraina sebagai target yang sah.