Para peneliti keamanan siber kembali menuding Arab Saudi kmenyebutkan bahwa ponsel milik reporter New York Times Ben Hubbard jadi korban peretasan dalam berbagai kesempatan.
- Bangladesh Longgarkan Pembatasan Covid-19 Selama Sepekan Demi Sambut Iduladha
- Indonesia Tawarkan Peralatan Berkualitas Ke Brunei Jajaki Kerjasama Antar Pelabuhan
- Pelayanan Bagi Wisatawan Islam Di Jeju Akan Ditingkatkan
Baca Juga
Para peretas dilaporkan menggunakan spyware 'Pegasus' buatan Israel yang terkenal kejam, dilansir dari Kantor Berita Politik RMOL.
Laporan mengenai peretasan itu dikisahkan Hubbard, reporter NYT yang meliput Timur Tengah pada Minggu (24/10).
Dalam catatannya, dia mengatakan bahwa upaya peretasan pertama kali dilakukan di teleponnya pada 2018, ketika ia menerima pesan teks bertuliskan bahasa Arab yang 'mencurigakan', isinya mengundangnya untuk melakukan protes di luar kedutaan Saudi di Washington DC.
Tak sekali, pesan serupa kemudian menyusul, dan kelompok hak digital CitizenLab memberi tahu Hubbard bahwa kedua pesan tersebut berasal dari server yang sebelumnya digunakan untuk menargetkan para aktivis Saudi.
Upaya peretasan itu kembali terjadi, dua kali, pertama pada 2020 dan kedua di 2021. Kali ini, upaya peretasan itu disebut eksploitasi 'zero-click', yang berarti Hubbard tidak perlu mengklik tautan atau pesan apa pun untuk mengizinkan peretas masuk ke teleponnya.
Upaya ini berhasil, dan begitu berada di dalam smartphone Hubbard, para peretas dapat melihat semua isinya, secara diam-diam mengaktifkan mikrofon dan kameranya, dan menghapus jejak peretasan mereka sebelumnya.
"Bayangkan seorang pencuri membobol toko perhiasan yang telah dirampoknya untuk menghapus sidik jarinya," tulis Hubbard, seperti dikutip dari Russian Today.
Peneliti CitizenLab memberi tahu Hubbard bahwa peretas kemungkinan menggunakan malware 'Pegasus' sebanyak empat kali. Pegasus adalah alat peretasan canggih yang dikembangkan oleh perusahaan Israel, NSO Group, dan dijual ke klien tingkat negara bagian di seluruh dunia.
Aktivis hak asasi manusia mendeteksi klien malware itu berada di Arab Saudi, Hungaria, India, Uni Emirat Arab (UEA) dan banyak negara lainnya. Politisi saingan, pemerintah asing, jurnalis, aktivis, dan tokoh hukum dan bisnis dilaporkan menjadi targetnya.
Baru-baru ini terungkap Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum dari Dubai menggunakan malware tersebut untuk meretas telepon mantan istrinya, sementara pemerintah Maroko dilaporkan menggunakannya untuk memata-matai Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban's administrasi dituduh menyebarkan malware terhadap media Hungaria.
NSO Group sendiri membantah bahwa perangkat lunaknya digunakan untuk meretas telepon Hubbard.
Perusahaan Israel itu mengatakan tidak memiliki teknologi untuk melakukannya pada 2018, dan bahwa pejabat Saudi tidak dapat meretas reporter tersebut pada tahun 2020 dan 2021 karena alasan dan batasan teknis dan kontraktual yang tidak ditentukan.
Menurut CitizenLab, tiga lusin jurnalis dengan jaringan berita Al Jazeera yang didanai Qatar telah meretas ponsel mereka tahun lalu oleh intelijen Saudi.
- Dikecam, Kekejaman Polisario di Tindouf
- Jepang Perpanjang Keadaan Darurat Hingga 12 September 2021
- Warga Turki Salahkan Pejabat Setempat Karena Banyaknya Korban Banjir