Lakukan Aksi Semarang Climate Strike, 60 Warga Lakukan Doa Bersama 

Sekitar 60 warga Kota Semarang turun ke jalan untuk melakukan aksi bertajuk Semarang Climate Strike atau jeda untuk iklim Senarang.


Aksi yang dimulai dengan berjalan kali dari Masjid Nusrat Jahan Jalan Erlangga Raya ke Patung Diponegoro Jalan Pahlawan untuk kemudian bergantian melakukan orasi, membacakan puisi, pentas teatrikal dan doa bersama demi teratasinya krisis iklim yang semakin mengancam seluruh umat manusia dan makhluk hidup yang tinggal di bumi. 

Semarang Climate Strike adalah bagian dari aksi solidaritas pegiat iklim sedunia atau Global Climate Strike, yang mendesak pemerintah di semua negara secara serius melakukan transisi dari energi kotor ke energi bersih. Tujuannya agar ambang batas aman kenaikan suhu bumi tidak terlewati. 

Di Indonesia, aksi ini diadakan juga di kota-kota lain seperti Jakarta, Depok, Sukabumi, Solo, Yogyakarta, Jember, Malang, Makassar dan Medan. Aksi ini sebagian besar digawangi oleh anak-anak muda, sebagai para pewaris bumi di masa depan.

Pentas teatrikal diperankan oleh sejumlah ayah, ibu, anak-anak, dan perwakilan organisasi serta komunitas. 

Satu keluarga memerankan matahari yang kini sinarnya terasa makin panas, keluarga lain memerankan pepohonan dan binatang yang makin menderita dan keluarga ketiga memerankan manusia yang suka kebablasan memakai teknologi dan mengeksploitasi kekayaan alam sehingga mengganggu keseimbangan bumi. 

Lalu muncullah orang-orang dari berbagai latar belakang budaya dan agama berdoa dan berusaha bersama mengasrikan Bumi kembali. Aksi ditutup dengan doa dari tokoh-tokoh lintas agama. 

“Kesannya alam itu begini-begini saja, padahal iklim hari ini beda dari iklim zaman ortu kita. Suhu bumi sejak tahun 1950-an sudah naik 1 derajat Celcius, seperti tubuh manusia yang sedang demam, kenaikan suhu ini mengacaukan semua ekosistem,” kata koordinator Jaringan Peduli Iklim dan Alam, Ellen Nugroho, Jumat (25/3).

Menurut laporan Panel Internasional tentang Perubahan Iklim (IPCC), per 10 tahun suhu bumi terus naik 0,2 derajat Celcius. Jika kecepatan pemanasannya seperti ini, maka ambang batas aman akan terlewati tahun 2040. 

Dalam hal iklim, saat ini diibaratkan seperti sedang meluncur turun di lereng bahkan sudah hampir sampai di bibir jurang. 

“Satu-satunya hal yang masuk akal untuk kita lakukan adalah ikut serta mengerem agar kenaikan suhu bumi ini sebisa mungkin berhenti dan umat manusia sedunia terhindar dari bencana besar. Pesan yang kita ingin usung kali ini adalah utamakan manusia, bukan laba – people, not profit!,” jelasnya.

Aksi ini dikoordinasi bersama oleh Jaringan Peduli Iklim Alam yang terdiri dari Persaudaraan Lintas Agama, EIN Institute, Charlotte Mason Indonesia Semarang, YLBHI LBH Semarang, Klub Merby, Puanhayati, Gemapakti, Suster Penyelenggaraan Ilahi (SDP), KPA Pashtunwali, Walhi Jateng, UNISSULA dan LRC-KJHAM.